Soal Sifat Mustahil Rasul SAW Dengan Firman Allah
Rasul SAW menjadi rasul terakir. Setiap Rasul SAW bertugas menyampaikan kebenaran, menyampaikan wahyu Allah, selalu diiringi dengan ujian, teguran dan lainnya. Artinya, di sini ada bimbingan langsung dari Allah, melalui malaikat jibril.
Tuduhan-tuduhan memiliki sifat buruk pun sering menimpa para rasul, tidak terkecuali Rasul SAW. Bahkan, peperangan, ancaman dan lainnya menjadi tantangan tersendiri untuk para rasul.
Rasul SAW sendiri berhadapan dengan tuduhan yang di luar dari sifat wajib seperti tukang sihir, tukang berbohong, dan sebagainya. Padahal, diri pribadi Rasul SAW bukan sosok yang dituduhkan.
Sampai akhirnya, turun ayat sebagai pembelaan bahwa Rasul SAW tidak seperti sangkaan sebagian kaum.
Bagaimanakah firman-firman Allah yang selalu membela dari tuduhan-tuduhan, prasangka atau penolakan dari kaum kafir? Tuduhan bahwa Rasul SAW memiliki sifat mustahil rasul, bisa mengancam umat yang masih lemah iman.
- Soal Sifat Siddiq Atas Sangkaan Kizzib
Dalam surat An-Najm ayat 2-4, Allah menunjukkan pembelaan bahwa Rasul SAW tidak memiliki sifat yang memang mustahil ada pada diri Rasul SAW.
Allah berfirman bahwa Rasul SAW tidak sesat dan tidak juga keliru. Allah menegaskan bahwa apa yang dikatakan Rasul SAW cuma menyampaikan wahyu dari Allah, tidak menuruti hawa nafsunya.
Bayangkan, sifat siddiq Rasul SAW dibela langsung oleh Allah.
- Allah Meyakinkan Sifat Amanah Rasul SAW
Rasul SAW memang memiliki sifat amanah dalam menjalankan dakwah, menyampaikan wahyu Allah. Tentunya, sekalipun nyawa taruhanya. Ketika paman Rasul SAW, Abu Tolib, meminta untuk menghentikan dakwahnya, Rasul SAW dengan tegas menolaknya.
Bahkan Rasul SAW mengucapkan kalimat luar biasa yang selalu jadi spirit umatnya menjalankan dakwah. Rasul SAW berkata, andai saja mereka meletakkan matahari di tangan kanan dan bulan ditangan kiri, Rasul SAW tidak akan berhenti menjalankan tugas. Bahkan, kalimat ini disertai sumpah.
Dan Allah pun berfirman di dalam surat Al-An’am ayat 106 sebagai wujud memberikan dorongan atas sifat amanah yang ada pada diri Rasul SAW.
Berikut isi pesan dari Surat Al-An’am ayat 106:
- Allah menyuruh Rasul SAW menjalankan amanat sesuai yang diwahyukan untuk beliau.
- Amanat yang diberikan untuk rasul yakni menyampaikan wahyu, benar-benar dari Allah
- Allah menyuruh untuk berpaling dari orang-orang musryik (hal ini perlu mengetahui kronologi ayat yang diturunkan dalam konteks apa).
- Allah Mengajari Langsung Sifat Tabligh Jadi Mustahil Bersifat Kitman
Kalimat dalam surat Al-An’am ayat 50, yang artinya “Katakanlah (Muhammad): Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku.”Kalimat ini bentuk pengajaran Allah agar Rasul Allah selalu bersifat tabhligh sekalipun pahit menghadapi kaum kafir.
Tentunya, kalimat “katakanlah” adalah perintah mulia agar semua yang diwahyukan pada Nabi SAW harus tetap bersifat tabligh bukan kitman.
Kaliamt perintah lagi, “Katakanlah: Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?.”
Jadi, di samping mengajari tabligh, juga mengajari bagaimana Allha memecahkan solusi atas masalah yang sedang dihadapi Rasul SAW. Karena, sifat tabligh sendiri harus dikuatkan dengan langkah, solusi kebenaran.
Allah Mengajari Nabi SAW Untuk Berpaling Dari Orang-orang Bodoh
Siapa kira-kira guru terbaik selain Allah? Tiada guru terbaik selain Allah. Allah memberikan wahyu untuk Nabi SAW adalah sebuah pengajaran terbaik. Jadi, di sini menandakan kecerdasan Nabi SAW itu di atas rata-rata manusia pada umumnya.
Bunyi ayat pengajarannya sehingga pantas kalau Nabi SAW bersifat cerdas dalam surat Al-A’raf ayat 199 yang artinya “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”